MY 1st STORY ABOUT SM-3T UNY ANGKATAN V KAB. ALOR
Salam
MBMI! Tidak terasa sudah hampir satu bulan saya berada di Alor, Nusa Tenggara
Timur. Daerah yang tidak diragukan lagi akan keindahan alam dengan belasan
pulau dan puluhan pantainya. Di tanah timur ini, waktu terasa berlalu begitu cepat.
Meskipun demikian, aksen bahasa, budaya, dan kondisi geografis yang berbeda
dari apa yang saya punya, sampai saat ini masih membuat saya bekerja keras
untuk menyesuaikan diri.
Back
at that time!
Rasanya
seperti kemarin sore saya menyelesaikan seleksi akhir dari program SM-3T
angkatan V, yaitu prakondisi di Markas Besar TNI AAU Yogyakarta. Jujur saja,
saya masih belum percaya bahwa akhirnya saya benar-benar mengikuti program ini dan
bisa menginjakkan kaki di tempat tugas yang sama sekali tidak terbayangkan jauh
sebelumnya. SO EXCITED! Awalnya.
Banyak
orang beranggapan bahwa mengikuti seleksi program mengajar ke daerah pelosok
atau dikenal dengan program SM-3T ini, mudah, tanya kenapa? karena “sepi
peminat”, sekalipun ada peminat, mereka adalah para sarjana yang sudah kepentok
nasib karena tidak dapat kerja (saya pun
sempat berpikiran demikian). Tapi tunggu dulu, saya perjelas disini, SEMUA
ANGGAPAN ITU SALAH! Mengikuti program ini merupakan prestasi dan kebanggaan
tersendiri.
Setelah
melakukan seleksi ketat dari kurang lebih 2089 peserta khusus LPTK UNY (20.000 keseluruhan - Indonesia), akhirnya
bisa berhasil (mungkin hanya keberuntungan) lolos bergabung bersama 350an (3000 nasional) sarjana
muda peserta terpilih yang sepengamatan saya berkemampuan “baik” pada bidang
akademik dan non akademik. Secara fisik ataupun psikis, mereka juga
orang-orang bertubuh sehat dan bermental kuat. Mereka memiliki karakter "vokal",
pandai dalam beradaptasi karena sebelumnya aktif dalam berbagai organisasi.
It’s time to FLY HIGH!
Bismillah,
perjalan dimulai! Pada tanggal 19 Agustus 2015 pukul 4.30 pagi, saya dan 56 teman
satu penempatan yaitu Kabupaten Alor menjadi yang pertama yang harus berangkat menuju ke lokasi (disusul
Kab. Gayo Lues Aceh pada tgl yang sama, Kab. Sambas Kalbar, Kab. Malinau Kaltara,
Kab. Bengkayang Kalbar, Kab. Merauke Papua , dan terakhir Kab. Ende NTT, pada hari-hari berikutnya).
Kita
berangkat menuju Bandara Adisucipto pada pukul 6.00 pagi, boarding pass pukul 6.30 WIB, dan transit di Bandara Ngurah Rai
sekitar pukul 9.30 WITA.
Kita beristirahat sekitar 3 jam lebih. Setelah dzuhur barulah kemudian melanjutkan
penerbangan berikutnya menuju Kupang. Dalam perjalanan menuju Kupang, kita
harus transit lagi di tempat berikutnya yaitu Tambulaka, Sumba. Setengah jam
berada di dalam pesawat untuk menunggu penumpang datang, akhirnya penerbangan dilanjutkan
kembali. Yaaaaa...
Setelah total 9 jam perjalanan, tepat pukul 16.30 WITA
sampailah kita di Bandara El Tari, KUPANG! Broom broom.. Bus jemputan menuju hotel pun
telah menanti. Waktu itu, sore sangat
cerah,
matahari pun memancar penuh sumringah, tapi sayangnya saya tidak
bisa begitu menikmatinya. Why?
Ya know? Im JETLAG!
Kampungan!
Mungkin memang saya kampungan. Jujur saja,
untuk pertama kali berpergian menggunakan pesawat,
itu seharusnya menjadi pengalaman
yang luar biasa, bukan malah
menjadi pengalaman yang luar dari
biasanya (pesawat telah meng-hoek-kan
seluruh isi perut saya). Saya
rasa saya kelelahan. Next! Untuk pertama kali saya bermalam di kota
Kupang dengan suasana yang begitu tenang.
Say
hello to the EARTH!
Semangat
masih menggebu-gebu, rasa penasaran akan kondisi tempat tugas semakin tak
tertahankan. Mendengar beberapa cerita dari kawan dan sempat mengintip Alor
dari jendela internet, membuat saya semakin tidak sabar untuk segera mendarat di
daerah kepulauan nan eksotis tersebut. Daerah yang konon katanya, terkenal dengan
sumber daya alamnya yang melimpah ruah seperti: ikan laut, buah kenari, dan biji
kemiri.
Pagi
hari berikutnya, kita satu rombongan kembali bergegas menuju bandara untuk
penerbangan selanjutnya yaitu
ke Pulau Alor! Dalam benak kami saat itu, “Ya setelah satu malam kita dimanjakan
dengan kamar hotel yang empuk, sajian makanan yang nikmat, serta pemandangan
malam bernuansa lampu kota, maka setelahnya kita pasti akan dihadapkan dengan suasana remang
tanpa listrik, gersang tanpa
air, serta bosan karena jaringan, layaknya hidup di sebuah
desa yang jauh dari peradaban.
But it's oke! Im ready for the party! Kemudian terdengar suara jangkrik,
"Krik krik krik".”
Finally
Im here.. KALABAHI KOTA KENARI!
Sa
su sampai di Alor, mamakee!!! Im already miss you!!!! Wish you were here..
(Jeritan batin seorang anak emak yg mencoba mandiri di tanah seberang HAHAHA). Sesampainya di
lokasi, memang benar adanya bahwa daerah ini memiliki keistimewaan tersendiri.
Mulai dari orang-orangnya, kepribadiannya, cara tutur sapanya, sampai pembawaan
yang menurut saya memiliki kekhasan yang unik untuk dipelajari. Perjuangan dan pengabdian telah di mulai!!!! *kemudian
terdengar bunyi GONG 3x*
0 $type={blogger} :
Post a Comment