KONEKSI ANTARMATERI MODUL 2.2

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar bermakna. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya).

Sebelum mempelajari modul 2.2, saya berpikir bahwa dalam pembelajaran/pendidikan tidak terlalu mementingkan sisi sosial emosional, sehingga saya tidak terlalu peduli atau mencoba mencari tahu tentang konsep pembelajaran sosial emosional. Setelah mempelajari modul ini, ternyata ada banyak hal positif yang bisa saya terapkan sebagai seorang guru agar dapat menciptakan suasana belajar/lingkungan belajar yang lebih terasa aman dan menyenengkan. Dampak yang sangat besar saya rasakan langsung ketika mulai mempraktikan apa yang telah saya pelajari di modul ini.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

Konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning (CASEL) yang menggunakan pendekatan yang sistimatis yang menekankan kepada pentingnya menciptakan lingkungan yang tepat serta terkoordinasi untuk menciptakan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid. PSE ini bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Konsep kesadaran penuh (mindfulness). Konsep kesadaran penuh ini dapat dilakukan dengan Teknik STOP (Berhenti sejenak, ambil nafas dalam, amati sensasi pada tubuh, perasaan, pikiran dan lingkungan, selesaikan dan lanjutkan). Praktik kesadaran penuh ini memperkuat 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yang penerapannya mencakup ruang lingkup kelas, sekolah dan keluarga serta komunitas. Untuk PSE yang berkaitan dengan kelas dan sekolah dilakukan melalui 4 indikator, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.

Kesejateraan psikologis [well-being] yaitu; Suatu kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri. Dengan memahami ketiga hal tersebut penerapan kompetensi social emosional baik pada siswa maupun pada guru dapat terlaksana dengan baik. Karena pembelajaran social emosional merupakan suatu system yang saling terkait.

Perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah:


Bagi murid-murid:

Menerapkan 5 KSE dalam pembelajaran di kelas. Melakukan pengecekan keadaan sebelum pembelajaran dan di tengah-tengah pembelajaran. Memperkuat keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan kerja kelompok.


Menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah yang aman dan nyaman, tindak lanjut dari budaya positif disekolah dengan saling berempati melalui program ayo bahagia dan berani bicara.


"Ayo Bahagia!", saya mengajak, mempengaruhi, membiasakan anak untuk selalu bahagia: positive mental health mewujudkan well[1]being. Saya selalu menanyakan keadaan mereka di setiap awal dan akhir pembelajaran dengan pertanyaan sederhana, "Apakah kalian bahagia hari ini? Apa yang membuatmu bahagia? Bagi yang sedang merasa tidak bahagia, maka berbahagialah, cari kebahagianmu. Yang sedang bahagia, berbagilah kebahagianmu dengan teman-temanmu. Ayo kita sama-sama bahagia!". Dengan beberapa pertanyaan dan pernyataan tersebut, saya berharap, baik saya dan mereka, bisa saling memahami kondisi satu sama lain, memiliki koneksi, dan dapat saling berempati. Anak merasa lebih dekat dan nyaman saat pembelajaran. Setidaknya mereka merasa tidak terbebani apalagi tertekan saat mengikuti pelajaran. Saya ingin membebaskan mereka dari rasa takut, baik takut meyampaikan gagasan, takut gagal, takut salah, takut ditertawakan, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Saya ingin dengan hati bahagia mereka bisa lebih ekspresif, berani mencoba, berani mengeksplor kemampuan, dan tentunya berani bersaing secara sehat.


Bagi rekan sejawat:

Menjadi teladan (menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, Menerapkan teknik STOP dalam menajemen diri, datang ke sekolah tepat waktu, Menerapkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun), Bekerjasama dengan semua komunitas di sekolah, bersikap peduli terhadap lingkungan sekitar, menerapkan teknik POOCH dalam pengambilan keputusan.


Belajar dan berkolaborasi dengan mengagendakan sesi berbagi praktik baik. Belajar mengelola emosi dengan teknik STOP dan mindfulnees. Belajar mempertimbangkan pandangan atau pemikiran orang lain. Belajar mengidentifikasi masalah dan mencari solusi terbaik sesuai dengan informasi data dan fakta yang diperoleh, serta penerapan POOCH. Diakhiri dengan pembuatan jurnal reflesksi di setiap kegaitan.


Integrasi Kompetensi Sosial Emosional dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:

1) Kegiatan pembukaan yang ramah, memberikan kesempatan pada murid untuk berbicara dan mendengarkan aktif, menambah interaksi akan menumbuhkan salah satu Kompetensi Sosial Emosional. 2) Kegiatan inti yang melibatkan murid, diskusi, pembelajaran kooperatif, project-based learning, refleksi diri dan penilaian diri. 3) Kegiatan penutupan dengan refleksi, apresiasi, dan cara positif untuk memperkuat pembelajaran.


Pembelajaran sosial-emosional merupakan langkah menuju tercapainya kesejahteraan anak, sehingga terwujud sekolah yang nyaman sesuai sesuai dengan filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara yakni menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Selain itu, guru penggerak yang memiliki nilai- nilai (berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan reflektif) dapat mewujudkan pembelajaran sosial emosional pada murid melalui perannya dengan mewujudkan kepemimpinan murid. Guru juga bisa mewujudkan visi murid yang diharapkan yaitu membentuk karakter murid yang beriman, mandiri, kreatif, bahagia sehingga terwujud profil pelajar Pancasila. Dengan mengintegrasikan ke 5 KSE, guru dapat mengenali dan memahami emosi- emosi yang muncul sehingga mampu menerapkan disiplin positif individu. Dengan PSE guru dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar murid untuk menentukan strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk guna mewujudkan merdeka belajar.




0 $type={blogger} :

Post a Comment